TEMPO Interaktif, Karawang - belut (anguilla sp.) atau dikenal sebagai belut air ternyata merupakan salah satu komoditas berharga. Kalau Anda mengenal ikan Salmon sebagai lauk dengan kandungan DHA paling tinggi, maka kamus menu dapur Anda mungkin perlu ditambah dengan daging belut. Pasalnya, menurut penelitian kandungan DHA belut, komoditas asli Indonesia, ini ternyata jauh lebih tinggi dari Salmon.
Di Jepang, yang masyarakatnya gemar mengkonsumsi ikan segar, daging belut atau dikenal sebagai Unagi merupakan menu favorit restoran. Tak heran kalau belut asli Jepang (anguilla japonica) sampai masuk daftar hewan langka yang tak boleh diperdagangkan oleh Konvensi Perdagangan Internasional untuk Hewan-Hewan Langka (CITES). Tapi di Indonesia tentunya ini adalah peluang besar yang harus digarap.
Kepala Balai Layanan Usaha Tambak Pandu Karawang I Made Suitha mengatakan permintaan Jepang atas belut mencapai 100 ribu ton per tahun. "Kalau ekspor kita bisa memenuhi seperempatnya saja sudah bagus untuk kita," kata Made dalam Press Tout Kementrian Kelautan dan Perikanan, Sabtu pekan lalu.
Selama ini, kata Made, Indonesia baru mengekspor belut dalam bentuk benih. Karena itu, pada 2010 ini, Pemerintah menargetkan akan mengekspor belut siap dikonsumsi. "Dengan begitu ada nilai tambahnya," ujarnya. Tak hanya Jepang sebagai peminat utama, pasar Korea Selatan, Vietnam, dan Taiwan juga besar.
Untuk pangsa pasar Jepang, yang menjadi produk unggulan adalah jenis anguilla bicolor yang harganya mencapai Rp 55 ribu per kilo gram. Sebelumnya belut jenis ini harganya sempat mencapai Rp 105 ribu per kilo gram.
Selain jenis bicolor, Indonesia mempunyai dua jenis lain yang juga laku di pasaran Internasional, yaitu jenis marmorata dan renhati. Di pasar harga marmorata mencapai Rp 150 ribu per kilo gram sementara renhati mencapai Rp 300 ribu per kilo gram. "Peminat marmorata mencapai pasar Amerika Serikat," kata Made.
belut jenis renhati, tadinya banyak dikembangkan di Australia, tapi ternyata di sana tak bisa bertumbuh optimal karena pengaruh musim dingin. "belut jantan hanya bisa bertumbuh hingga setengah kilo gram dan yang betina hanya sekitar dua kilo. Kalau di Indonesia, yang jantan bisa mencapai dua kilo gram dan yang betina bisa sampai lima kilo gram," ujar Made.
Sejak bulan lalu, Australia bekerja sama dengan Indonesia untuk pengembangan belut jenis ini. Saat ini proses budidaya sudah dipindahkan dari Karawang ke Suri Tani Pemuka di Probolinggo.
Sayangnya, menurut Made, tambak belut di Indonesia belum tergarap optimal. Dari target pembesaran 15 kilo gram per meter kubik baru tercapai 10 kilo gram per meter kubik.
Karena itu, agar keinginan mengekspor segera terlaksana pemerintah menjalin kerja sama dengan perusahaan dari Jepang, Asama Industry Co. Ltd. untuk belajar mengelola tambak pembesaran belut sesuai standar pasar Jepang. "Pada tanggal 24 Maret ini mereka akan menindaklanjuti perkembangan budidaya di sini,"tambah Made.
Menurut Made, konsumen Jepang agak ceriwis soal kualitas. Mereka, misalnya, hanya mau belut yang kadar lemak dagingnya rendah (tak boleh lebih dari 10 persen). belut-belut tujuan ekspor itu pun musti diberi pakan khusus berupa pasta yang dipercaya mempengaruhi rasa daging. Konsumen Jepang, kata Made, juga lebih menyukai belut dengan ukuran sekitar 250 sampai 400 gram per ekornya.
Made mengungkapkan persaingan dalam pasar belut mulai ketat, termasuk sejumlah hambatan non-tarif dalam perdagangan internasional. Bahkan di Jepang juga ada mafia bisnisnya. "Sekarang persyaratan masuk ke pasar Jepang semakin bermacam-macam. Bahkan ada persyaratan proses budidaya harus dilakukan di dalam ruangan," tutur Made.
Permintaan dunia untuk belut per tahun mencapai 230.000 ton. Sementara permintaan Jepang mencapai 120.000 ton per tahun.
Sejauh ini, menurut Saut, Cina menjadi produsen utama belut yang memasok 70% permintaan dunia. Sementara produsen belut lainnya selain Indonesia adalah Vietnam dan Bangladesh.
Ekspor belut pertama kali dilakukan Indonesia ke Taiwan pada tahun 2007, sebesar 300 kilogram (kg). Ekspor belut lainnya juga dilakukan ke Hongkong, Singapura, Jerman, Italia, Belanda, dan Amerika Serikat.
Penyebaran belut sendiri sangat luas di tanah air. Ada sekitar 12 spesies belut yang tersebar di pantai barat Pulau Sumatera, pantai pesisir selatan Pulau Jawa, Bali, NTB, NTT, pantai timur Pulau Kalimantan, perairan Sulawesi, Maluku, hingga di perairan Papua.
Bagi teman-teman yang ingin memulai Bisnis Ekspor, Klik link di bawah ini :
Panduan dan Tutorial Ekspor Mudah
Dan cari Supplier Komoditi Ekspor, Klik Link Di Bawah ini :
Aplikasi Database Supplier dan Pengrajin Produk Lokal Se Indonesia
Semoga bermanfaat.
Home » Belut »
bisnis ekspor »
peluang bisnis »
peluang ekspor »
peluang ekspor belut »
peluang usaha
» Peluang Ekspor Belut Belum Tergarap
0 Response to "Peluang Ekspor Belut Belum Tergarap"
Post a Comment